ETIKA
BISNIS
I.
Sistem Etika Islam
1. Berbagai tindakan ataupun keputusan
disebut etis bergantung pada niat individu yang melakukannya. Allah Maha Kuasa
dan mengetahahui apapun niat kita sepenuhnya dan secara sempurna.
2. Niat baik yang di ikuti tindakan yang
baik akan dihitung sebagai ibadah. Niat
yang halal tidak dapat mengubah tindakan yang haram menjadi halal.
3. Islam memberikan kebebasan kepada
individu untuk percaya dan bertindak berdasarkan apa pun keinginannya , namun
tidak dalam tanggungjawab dan keadilan.
4. Percaya kepada Allah SWT memberi
individu kebebasan sepenuhnya dari hal apa pun
atau siapa pun kecuali Allah.
5. Keputusan yang mengutungkan kelompok
mayoritas ataupun kelompok minoritas tidak secara lansung berarti bersifat etis
dalam dirinya. Etika bukanlah permainan mengenai jumlah.
6. Islam mempergunakan pendekatan
terbuka terhadap etika, bukan sebagai system yang tertutup, dan berorientasi
diri sendiri. Egoisme tidak mendapat tempat dalam Islam.
7. Keputusan etis harus didasarkan pada
pembacaan secara bersama – sama antara Qur’an.
8. Islam mendorong untuk berprilaku etis
ditengah godaan dunia.
II.
Konsep – konsep Filsafat Etika Islam
1. Keesaan
Konsep keesan
menggabungkan ke dalam sifat homogen semua aspek yang berbeda – beda dalam
kehidupan seorang muslim. Konsep keesaan memiliki pengaruh yang paling mendalam
terhadap diri seorang muslim : ( setelah disarikan )
a. Apapun yang ada di dunia milik Allah , dan memiliki
pemikiran dan prilaku yang tak dapat dibiaskan oleh siapapun.
b. Allah Maha yang Kuasa dan Maha Esa,
dimana Allah dapat memberi dan dengan mudah mengambil yang diberikan.
c. Allah yang memiliki kekuasan untuk
mengambil nyawa seseorang sesuai dengan waktu yang di gariskan- Nya.
d. Allah mengetahui segala yang terlihat
ataupun yang tersembunyi.
Penerapan Konsep Keesaan dalam Etika Bisnis
·
Tidak
akan berbuat diskriminatif terhadap pekerja, pemasok, pembeli atau siapapun
pemegang saham perusahaan atas ras , warna kulit, jenis kelamin, ataupun agama.
·
Tidak
dapat dipaksa untuk tidak berbuat etis, karena dia hanya takut kepada Allah.
·
Tidak
akan menimbun kekayan dengan keserakahan, karena dia sadar harta didunia
bersifat sementara, dan tidak mencari kekayaan denga cara apapun.
2. Keseimbangan
Keseimbangan atau adil
menggambarkan dimensi horizontal ajaran islam, dan berhubungan dengan harmoni
segala sesuatu di alam semesta dan keseimbangan untuk menjaga yang berpunya
dengan yang tidak berpunya . Allah menekankan arti penting sikap saling memberi
dan mengutuk tindakan mengkonsumsi yang berlebihan.
Penerapan Konsep Kesimbangan dalam Etika
Prinsip keseimbangan atau
kesetaran berlaku baik secar harfiah maupun kias dalam dunia bisnis . Allah
memperingatkan pengusaha muslim untuk “
sempurnakanlah takaranmu apabila kamu menakar dan timbanglah dengan neraca yang
benar : itulah yang lebih utama dan
lebih baik akibatnya “
3. Kehendak Bebas
Manusia diberikan
kehendak bebas untuk mengendalikan kehidupan sendiri manakala Allah menurunkannya
kebumi, dituntun dengan hukum yang diciptakan Allah, ia diberi kemampuan untuk
berfikir dan membuat keputusan, untuk memilih apapun jalan hidup yang ia
inginkan , dan yang paling penting , untuk bertindak berdasarkan yang ia pilih.
“ katakanlah kebenaran adalah dari
tuhanmu, maka barang siapa yang ingin beriman hendaklah ia beriman, dan barang
siapa yang ingin kafir , biarkanlah ia kafir “
Penerpan Konsep kehendak Bebas dalam Etika
Bisnis berdasarkan konsep
kehendak bebas , manusia memiliki kebebasan untuk membuat kontrak dan
menepatinya ataupun mengikarinya.
4. Tanggungjawab
Manusia harus bertanggung
jawab atas segala tindakannya. Seseorang tidak bertanggung jawab terhadap
tindakannya jika :
a. Belum mencapai usia dewasa.
b. Ia sakit jiwa.
c. Berbuat sesuatu ketika sedang tidur.
Penerapan Konsep Tanggungjawab dalam Etika Bisnis
Sekali seorang muslim
mengucapkan janjinya atau terlibat dalam sebuah perjanjian yang sah, maka ia
harus menepatinya. Sebagai rujukan “ Rasulallah
saw, berkata : tanda – tanda orang munafik ada tiga “
1. Apabila berkata, ia berdusta.
2. Apabila berjanji , tidak dipenuhi,
dan
3. Apabila diberi diamanati, dia
berkhianat.
5. Kebajikan
Kebajika ( ihsan ) atau
kebaikan terhadap orang lain didefinisikan sebagai “ tindakan yang
menguntungkan orang lain lebih dibandingkan orang yang melakukan tindakan
tersebut dan dilakukan tanpa kewajiban
apa pun “
Penerapan Konsep Kebajikan dal Etika Bisnis
Menurut al Ghazali :
1. Jika seseorang membutuhkan sesuatu ,
maka orang lain harus memberikannya, dengan mengambil keuntungan yang sedikit
mungkin. Jika sang pemberi melupakan keuntungannya, maka hal tersebut akan
lebih baik baginya.
2. Jika seseorang membeli sesuatu dari
orang miskin , akan lebih baik baginya untuk kehilangan sedikit uang dengan
membayarnya lebih dari harga yang sebenarnya. Tindakan seperti ini akan
memnerikan akibat yang mulia , dan tindakan yang sebaiknya cendrung akan
memberikan hasil yang juga berlawanan. Bukan suatu hal yang patut dipuji untuk
membayar orang kaya lebih dari apa yang sharusnya diterima manakala ia dikenal
sebagai orang yang suka mencari keuntungan yang tinggi.
3. Dalam hal mengabulkan hak pembayaran
dan pinjaman, seseorang harus bertindak secara bijaksana dengan memberi waktu
yang lebih banyak kepada sang peminjam untuk membayar hutangnya , dan jika
diperlukan , seseorang harus membuat pengurangan pinjaman untuk meringankan
beban sng peminjam.
4. Sudah sepantasnya bahwa mereka yang
ingin mengembalikan barang – barang yang telah dibeli seharusnya diperbolehkan
untuk melakukannya demi kebajikan.
5. Merupakan tindakan yang sangat baik
bagi sang peminjam jika mereka membayar hutangnya tanpa harus terus diminta ,
dan jika mungkin jauh – jauh hari sebelum jatuh waktu pembayarannya.
6. Ketika menjual barang secara kredit
seseorang harus cukup bermurah hati , tidak memaksa maembayar ketika orang
tidak mampu membayar dalam waktu yang telah ditetapkan.
III.
Hakikat Etika
Etika berasal dari kata Yunai ethos
(bentuk tunggal) yang berarti: tempat tinggal, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat,
watak, perasaan, sokap, cara berpikir. Bentuk jamaknya adalah ta etha, yang
berarti adapt istiadat. Dalam hal ini, kata etika sama pengertiannya dengan
moral. Moral berasl dari kata latin: mos (bentuk tunggal), taua mores (bentuk
jamak) yang berarti adapt istiadat, kebiasaan, kelakuan, watak, tabiat, akhlak,
cara hidup (Kanter, 2001).
Untuk memperoleh pemahaman lebih lanjut
mengenai etika, dibawah ini dikutip beberapa pengertian etika.
1. Ada dua pengertian etika; sebagai praksis
dan sebagai refleksi. Sebagai praksis, “ etika berarti nilai-nilai dan
norma-norma moral baik yang dipraktikkan atau justru tidak dipraktikkan “
walaupun seharusnya dipraktikkan. Etika
sebagai praksis sama artinya dengan
moral atau morallitas yaitu apa yang harus dilakukan, tidak boleh dilakukan,
pantas dilakukan dan sebagainya. Etika sebagai refleksi adalah pemikiran moral
(Bertens, 2001).
2. Etika secara etimologis dapat
diartikan sebagai ilmu tentang apa yang biasa dilakukan, atau ilmu tentang
adapt kebiasaan yang berkenaan dengan hidup yang baik dan yang buruk
(Kanter,2001).
3. Istilah lain dari etika adalah
susila. Su artinya baik, dan sila artinya kebiasaan atau tingkah laku. Jadi,
susila berarti kebiasaan atau tingkah laku perbuatan manusia yang baik. Etika
sebagai ilmu disebut tata susila, yang mempelajari tata nilai, tentang baik dan
burknya suatu perbuatan, apa yang harus dikerjakan atau dihindari sehingga
tercipta hubungan yang baik di antara sesama manusia (suhardana, 2006).
4. Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia
terbutan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1988), etika dirumuskan dalam
pengertian sebagai berikut:
a. Ilmu tentang apa yang baik dan apa
yang buruk, dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak)
b. Kumpulan asa atau nilai yang
berkenaan dengan akhlak
c. Nilai mengenai benar atau salah yang
dianut suatu golongan atau masyarakat
5. Menurut Webster’s Collegiate
Dictionary, sebagimana dikutip oleh Duska dan Duska (2003), ada empat arti
ethic sebagai berikut:
a. The discipline dealing with what is
good and bad and with moral duty and obligation
b. A set of moral principles or values
c. A theory or system of moral values
d. The principles of conduct governing
an individual or group.
6. Menurut Lawrence, Weber, dan Post
(2005), etika adlah suatu konsepsi tentang perilaku benar dan salah. Etika
menjelaskan ketika kita apakah perilaku kita bermoral atau tidak dan berkaitan
dengan hubungan kemanusiaan yang fundamental bagaimana kita berpikir dan
bertindak terhadap orang lain dan bagaimana kita inginkan mereka berpikir dan
bertindak terhadap kita.
7. Menurut David P. Baron (2005), etika
adalah suatu pendekatan sistematis atas penilaian moral yang didasarkan atas
penalaran, analisis, sintesis dan reflektif.
Hakikat Nilai
Untuk memahami pengertian nilai
secara lebih mendalam, dibawah ini dikutip beberapa definisi tentang nilai.
1. Doni Koesoema A. (2007)
mendefinisikan nilai sebagai kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat
disukai, diinginkan, berguna dan dihargai sehingga dapat menjadi semacam objek
bagi kepentingan tertentu.
2. Fuad Farid Ismail dan Abdul Hamid
Mutawalli (2003) merumuskan nilai sebagai standar atau ukuran (norma) yang kita
gunakan untuk mengukur segala sesuatu. Selanjutnya, dikatakan bahwa ada
bermacam-macam hukum nilai sesuai dengan jenis-jenis nilai tersebut, juga
sesuai dengan beragam perhatian kita mengenai segala sesuatu. Ada nilai
materialitis yang berkaitan dengan ukuran harta pada diri kita, ada nilai
kesehatan yang mengungkapkan tentang signifikasi kesehatan dalam pandangan
kita, ada nilai ideal yang mengungkapkan tentang kedudukan keadilan dan kesetiaan
dalam hati kita, serta ada nilai-nilai sosiologis yang menunjukan sinifikasi
kesuksesan dalam kehidupan praktis dan nilai-nilai yang lain.
3. Sorokin dan Capra (2002)
mengungkapkan tiga system nilai dasar yang melandasi semua manifestasi suatu
kebudayaan, yaitu: nilai indriawi, ideasional, dan idealistis. System nilai indriawi
menekankan bahwa nilai-nilai indriawi (materi) merupakan realities akhir dan
bahwa fenomena spiritual hanya suatu manifestasi dari materi. System ini
berpandangan bahwa semua nilai etika bersifat semua nilai etika bersifat
relative dan bahwa persepsi indreawi merupakan satu-satunya sumber pengetahuan
dan kebenaran. Sistem nilai ideasional berada pada ekstrem lain dimana realitas
sejati berada diluar materi dan bahwa pengetahuan sejati dapat diperoleh
melalui pengalaman batin. System ideasional percaya pada nilai-nilai etika
absolute dan standar keadilan, kebenaran serta keindahan yang supramanusiawi.
Gambaran tentang dunia ideasional yang meyakini realitas sejati adalah alam spiritual,
yang dibarat meliputi pemikiran Plato, dan Yahudi-Kristen (roh dan citar
Tuhan). Di timut misalnya kisah Mahabrata (Hindu) dan Buddha ( di India), Tao
di Cina dan Islam di Negara-nega Arab. Tarik menarik dan saling memngaruhi
antara kedua paham ini menghasilkan suatu tahap sintesis tingkat menengah,
yaitu system idealities yang merupakan perpaduan harmonis dan seimbang antara
kedua nilai ekstrem indriawi dan ideasional tersebut. Dengan mempelajari
sejarah peradaban umat manusia, Sorokin menyimpulkan bahwa proses peradaban
selalu mengikuti silkus perputaran dari ketiga system nilai itu. Saat ini,
dengan dipelopori budaya barat, telah terjadi proses penurunan dan kehancuran
tahapan ideasional dan idealities menuju kenaikan dan dominasi yahapan indreawi.
4. Sebenarnya pembahasan sekitar
persoalan tatanan nilai secara lebih konseptual diungkapkan oleh filsuf
cemerlang asal Jerman, Max Scheller dalam bukunya setebal 590 halaman yang
berjudul Der formalisme in der ethic und die materiale wertethik (dalam Suseno,
2006). Esensi dari pendapat Max Sheller sekita persoalan nilai dapat dirangkum
sebagai berikut:
a. Ia membantah anggapan Immanuel Kant
bahwa hakikat moralitas terdiri atas kehendak untuk memenuhui kewajiban.
Kewajiban bukanlah unsure primer, melainkan mengikuti apa yang bernilai.
b. Nilai-nilai itu bersifat material
(berisi, lawan dari formal) dan apriori.
c. Harus dibedakan dengan tajam antara
nilai-nilai itu sendiri (werte, values) dan apa yang bernilai/realities
bernilai (gutter, goods). Seperti warna merah yang muncul pada sebuah realitas
warna; ada dinding merah, bajui merah dan sebagainya.
d. Cara menangkap nilai bukan dengan
pikiran, melaikna dengan suatu perasaan intensional (tidak dibatasi dengan
perasaan fisik atau emosional, melainkan dengan keterukaan hati.
e. Ada empat gugus nilai yang mandiri dan
jelas berbeda antara satu dengan yang lainnya, yaitu 1. gugus nilai-nilai
sekitar yang enak dan yang tidak enak, 2. gugus nilai-nilai vital sekitar yang
luhur dan yang hina. 3. gugus nilai-nilai rohani dan 4. gugus nilai-nilai
tertinggi sekitar yang kudus dan yang profane yang dihayati manusiadalam
pengalaman religius. Keempat gugus nilai ini membantuk suatu tatanan atau
hierarki; ada yang lebih rendah dan ada yang lebih tinggi.
f. Pada gugus ketiga (nilai-nilai rohani)
dan gugus keempat (sekitar nilai-nilai yang kudus), keduanya mempunyai cirri
khas yang tidak mempunyai acuan apa pun pada perasaan fisik di sekitar tubuh
kita. Ada tiga
macam nilai rohani, yaitu 1. nilai estetik, 2. nilai-nilai yang benar dan yang
tidak benar, dan 3. nilai-nilai pengertian kebenaran murni, yaitu bernilainya
pengetahuan karena pengetahuan itu sendiri dan bukan karena ada manfaatnya.
g. Corak kepribadian, baik orang per
orang maupun sebuah komunitas, akan ditentukan oleh nilai-nilai mana yang dominant.
Hubungan Agama, Etika dan Nilai
Sebagaimana telah diuraikan
sebelumnya, manusia merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang tertinggi berkat
kelebihan akal/pikiran yang diberikan Tuhan kepada manusia. Berkat pikirannya,
manusia mampu memperoleh ilmu (pengetahuan) tentang hakikat keberadaan
(duniawi) melalui proses penalaran serta mampu menyadari adanya kukuatan yang
terbatas di luar dirinya yang menciptakan dan mengatur eksistensi alam raya. Semua
agama melalui kitab sucinya masing-masing mengajarkan tentang tiga hal pokok,
yaitu:
1. Hakikat Tuhan (God, Allah, Gusti
Allah, Buddha, Brahma, Kekuatan tak terbatas dan lain-lain),
2. Etika, tata susila dan
3. Ritual, tata cara beribadat. Jelas
sekali bahwa antara agam dan etika tidak dapat dipisahkan. Tidak ada agama yang
mengajarkan etika/moralitas. Kualitas keimanan (spiritualitas) seseorang
ditentukan bukan saja oleh kualitas peribadatan (kualitas hubungan manusia
dengan Tuhan), tetapi juga oleh kualitas moral/etika (kualitas hubungan manusia
dengan manusia lain dalam masyarakat dan dengan alam).
Akhirnya, tingkat keyakinan dan
kepasrahan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, tingkat/kualitas peribadatan, dan
tingkat/kualitas moral seseorang akan menentukan gugus/hierarki nilai kehidupan
yang telah dicapai. Tujuan semua agama adalah untuk merealisasikan nilai
tertinggi, yaitu hidup kekal di akhirat. Dari sudut pandang semua agama,
pencapaian nilai-nilai kehidupan duniawi bukan merupakan tujuan akhir, tetapi
hanya merupakan tujuan sementara atau tujuan antara dan dianggap hanya sebagai
media atau alat untuk mendukung pencapaian tujuan akhir.
Etika dan Perilaku ekonomi
Etika sebagai ajaran baik buruk,
benar – salah, atau ajaran tentang moral , khususnya dalam perilaku dan
tindakan – tindakan ekonomi , bersumber terutama dari ajaran agama. Itulah
sebabnya banyak ajaran dan paham:
1. Dalam ekonomi barat menunjuk pada
Injil.
2. Dalam ekonomi Yahudi menunjuk Taurat.
3. Dalam ekonomi Islam menujuk Al –
Quran.
Dari ajaran dan paham tersebut diatas
menimbulkan semangat (spirit ) . Dari
etika agama Kristen – protestan telah melahirkan semangat kapitalisme,
sedangkan etika agama Islam tidak mengarah kepada kapitalisme maupun
sosialisme. Jika kapitalisme menonjolkan sifat individualisme dari manusia, dan
sosialisme pada kolektivisme, maka Islam menekankan emapat sifat sekaligus :
a.
Kesatuan
( unity ).
b. Keseimbangan ( equilibrium ).
c. Kebebasan ( free will ).
d. Tanggungjawab ( responsibility )
Hukum, Etika dan Etiket
Hukum, etika dan etiket merupakan
istilah yang sangat berdekatan dan mempunyai arti yan hampir sama walaupun terdapat
juga perbedaan. Table 3.1 berikut ini menjelaskan persamaan dan perbedaan
ketiga istilah tersebut.
Table
Persamaan dan Perbedaan Hukum, Etika dan Etiket
No
|
Hukum
|
Etika
|
Etiket
|
1
|
Persamaan: Sama-sama mengatur
perilaku manusia
|
||
2
|
Perbedaan:
|
||
A
|
Sumber Hukum:
Negara, Pemerintah
|
Sumber Etika:
Masyarakat
|
Sifat Etiket:
Golongan Masyarakat
|
B
|
Sifat Pengaturan:
Tertulis
berupa Undang-undang, peraturan pemerintah dan sebagainya
|
Sifat Pengaturan:
Ada
yang lisan (berupa adaptasi kebiasaan)
dan ada yang tertulis (berupa kode etik)
|
Sifat Pengaturan:
Lisan
|
C
|
Objek yang diatur:
Bersifat lahiriah ( misal nya: hukum warisan, hukum
agrarian, hukum tata negara) dan rohaniah (misalnya: hukum pidana)
|
Objek yang diatur:
Bersifat
rohaniah, misalnya: perilaku etis (jujur tidak menipu, bertanggung jawab) dan
perilaku tidak etis (korupsi, mencuri, berzina)
|
Objek yang diatur:
Bersifat
lahiriah, misalnya: tata cara berpakaian (untuk pesta, sekolah, pertemuan
resmi, berkabung, dan lain-lain), tata cara menerima tamu, tata cara
berbicara dengan orang tua dan sebagainya.
|
SALAM KENAL SEMUA,…!!! SAYA MAS JOKO WIDODO DI SURABAYA.
ReplyDeleteDEMI ALLAH INI CERITA YANG BENAR BENAR TERJADI(ASLI)BUKAN REKAYASA!!!
Saya Sangat BerTerima kasih Atas Bantuan Angka Ritual AKI…Angka AKI KANJENG Tembus 100%…Saya udah kemana-mana mencari angka yang mantap selalu gak ada hasilnya…sampai- sampai hutang malah menumpuk…tanpa sengaja seorang teman lagi cari nomer jitu di internet…Kok ketemu alamat KI KANJENG..Saya coba beli Paket 2D ternyata Tembus…dan akhirnya saya pun membeli Paket 4D…Bagai di sambar Petir..Ternyata Angka Ritual Ghoib KI KANJENG…Tembus 4D…Baru kali ini saya mendapat angka ritual yang benar-benar Mantap…Bagi saudara yang ingin merubah Nasib anda seperti saya…Anda Bisa CALL/SMS Di Nomer KI KANJENG DI 085-320-279-333.(((Buktikan Aja Sendiri Saudara-Saudari)))
…TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA AKI KANJENG…
**** BELIAU MELAYANI SEPERTI: ***
1.PESUGIHAN INSTANT 10 MILYAR
2.UANG KEMBALI PECAHAN 100rb DAN 50rb
3.JUAL TUYUL MEMEK
4.ANGKA TOGEL GHOIB.DLL..
…=>AKI KANJENG<=…
>>>085-320-279-333<<<